Samsung Kembali Taklukkan Dunia Smartphone di Q3 2025: Strategi Dua Kaki yang Mengguncang Pasar

Samsung Kembali Taklukkan Dunia Smartphone di Q3 2025: Strategi Dua Kaki yang Mengguncang Pasar

Pasar smartphone global terus berdenyut dengan kompetisi yang sengit, dan di tengah hiruk pikuk persaingan antara para raksasa teknologi dunia, satu nama kembali menempati puncak: Samsung.

Menurut laporan terbaru dari firma riset pasar Omdia, untuk periode Kuartal III tahun 2025 — mencakup bulan Juli, Agustus, dan September — Samsung berhasil merebut kembali gelar produsen smartphone terlaris di dunia.

Namun kemenangan ini bukanlah hasil kebetulan. Di balik angka penjualan yang mengesankan, terdapat strategi yang cerdas, berlapis, dan sangat adaptif terhadap arah pasar yang tengah berubah. Laporan tersebut menunjukkan bahwa Samsung tidak hanya fokus pada satu segmen pasar, melainkan membangun kekuatannya di dua medan tempur sekaligus: ponsel lipat kelas premium dan ponsel entry-level terjangkau.

Dari hasilnya, dunia bisa melihat bagaimana perusahaan asal Korea Selatan ini menggabungkan inovasi, ketahanan, dan nilai tambah jangka panjang untuk mendominasi pasar global.

1. Samsung Kembali ke Puncak Dunia

Menurut data yang dikumpulkan oleh Omdia, Samsung mengirimkan 60,6 juta unit smartphone ke seluruh dunia pada Q3 2025. Angka itu memberinya pangsa pasar sebesar 19%, sekaligus menandai pertumbuhan 6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, di mana Samsung hanya mencatatkan 57,5 juta unit.

Di tengah kondisi pasar yang fluktuatif dan tekanan dari kompetitor besar seperti Apple dan Xiaomi, pencapaian ini adalah tanda bahwa strategi Samsung benar-benar efektif.

Apa yang membuat hasil ini menarik adalah fakta bahwa Samsung tidak bertumpu pada satu produk unggulan semata. Performa kuatnya berasal dari kombinasi antara inovasi di level atas dan konsistensi di level bawah. Ini adalah bukti nyata dari strategi “dua kaki” yang menjadi kunci kemenangan mereka.

2. Empat Ponsel yang Membawa Samsung ke Puncak

Omdia menyebutkan bahwa keberhasilan Samsung di Q3 2025 disokong oleh empat model utama yang menyasar dua ujung pasar — kelas atas (flagship) dan kelas bawah (entry-level).

Empat ponsel itu adalah Galaxy Z Fold 7, Galaxy Z Flip 7, Galaxy A07, dan Galaxy A17. Keempatnya menunjukkan bagaimana Samsung memahami betul kebutuhan dan psikologi konsumennya.

3. Galaxy Z Fold 7 dan Flip 7: Simbol Keberanian di Segmen Premium

Diluncurkan pada bulan Juli 2025, Galaxy Z Fold 7 dan Z Flip 7 menjadi ujung tombak Samsung dalam memimpin inovasi ponsel lipat. Kedua perangkat ini bukan hanya sekadar penyegaran dari generasi sebelumnya, melainkan lompatan signifikan dalam kualitas dan fitur.

Samsung menghadirkan peningkatan di berbagai aspek penting seperti kamera, layar, daya tahan fisik, hingga fitur berbasis kecerdasan buatan (AI).

Inovasi AI menjadi poin paling menonjol di generasi ini. Fitur seperti AI-assisted photography, smart translation, hingga contextual task automation membuat pengguna merasa memiliki asisten digital pribadi di dalam genggaman.

Selain itu, ketahanan fisik ponsel lipat — yang dulu sering menjadi titik lemah — kini mendapat pembaruan besar dengan engsel lebih kuat dan layar yang lebih tahan gores.

Langkah ini terbukti tepat sasaran karena pasar kelas premium dengan harga di atas 700 dolar AS justru sedang mengalami pertumbuhan. Bagi para pengguna yang haus akan inovasi dan kepraktisan, Z Fold 7 dan Flip 7 menjadi representasi terbaik dari gaya hidup modern: fleksibel, futuristik, dan penuh teknologi.

Baca juga : Telkomsel Hadirkan Paket “ChatGPT Go”: Internet Khusus untuk Pengguna AI OpenAI

4. Galaxy A07 dan A17: Kejutan dari Kelas Entry-Level

Berbeda dengan seri flagship yang menonjolkan kemewahan dan teknologi canggih, Galaxy A07 dan A17 justru memikat hati konsumen dengan keseimbangan harga dan nilai tambah jangka panjang.

Keduanya diluncurkan pada periode Agustus–September 2025, menyasar segmen masyarakat yang mencari ponsel terjangkau namun tidak murahan.

Keunggulan utama dua ponsel ini ada pada layarnya yang berkualitas tinggi untuk kelas harganya, serta jaminan pembaruan sistem operasi dan keamanan hingga enam tahun.

Langkah ini merupakan keputusan strategis yang jarang dilakukan produsen lain di segmen low-end. Umumnya, ponsel murah cepat ditinggalkan pembaruan, membuat pengguna harus berganti perangkat dalam waktu singkat.

Namun Samsung mengubah pola itu. Dengan jaminan pembaruan jangka panjang, konsumen merasa investasi mereka lebih aman, bahkan dengan anggaran terbatas. Kombinasi antara layar jernih, performa stabil, dan dukungan software jangka panjang menjadikan Galaxy A07 dan A17 pilihan ideal bagi pelajar, pekerja lapangan, hingga pengguna yang hanya membutuhkan ponsel andal untuk aktivitas sehari-hari.

5. Strategi “Dua Kaki”: Menyatu Antara Inovasi dan Aksesibilitas

Inilah inti dari kesuksesan Samsung: strategi “dua kaki”, yaitu menyeimbangkan kekuatan di dua sisi pasar — premium dan terjangkau.

Alih-alih terjebak dalam persaingan sempit dengan Apple di segmen high-end atau dengan merek China di segmen low-end, Samsung justru menyapu bersih keduanya secara bersamaan.

Di segmen premium, mereka membangun citra sebagai inovator sejati dengan ponsel lipat dan teknologi AI canggih. Di segmen terjangkau, mereka menunjukkan komitmen terhadap kualitas dan keberlanjutan jangka panjang.

Hasilnya? Samsung mampu menyentuh dua kelompok konsumen yang sangat berbeda — mereka yang mengejar status dan teknologi mutakhir, serta mereka yang mengutamakan nilai dan ketahanan produk.

6. Kondisi Pasar Smartphone Global: Tumbuh Tapi Terpolarisasi

Laporan Omdia juga memberikan gambaran lebih luas mengenai kondisi pasar smartphone global selama Q3 2025. Secara keseluruhan, pengiriman smartphone dunia tumbuh sebesar 3% secara tahunan (YoY), mencapai total 320,1 juta unit.

Ini menunjukkan adanya pemulihan stabil setelah periode stagnasi di tahun-tahun sebelumnya.

Namun, yang menarik dari laporan ini adalah bahwa pertumbuhan tidak terjadi merata di semua segmen harga. Pasar kini terpolarisasi menjadi dua ekstrem:

Di satu sisi, ponsel low-end di bawah 100 dolar AS mengalami peningkatan permintaan besar, terutama di negara-negara berkembang.

Di sisi lain, ponsel high-end di atas 700 dolar AS juga tumbuh kuat, didorong oleh konsumen yang mencari perangkat dengan inovasi dan kualitas terbaik.

 

Sebaliknya, segmen menengah (200–300 dolar AS) justru stagnan dan disebut “lesu.” Artinya, pasar kini mulai kehilangan ketertarikan terhadap ponsel yang “setengah matang” — tidak terlalu canggih, tapi juga tidak terlalu murah.

Kawasan yang mencatat pertumbuhan tertinggi antara lain Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika. Ini menunjukkan bahwa potensi pasar terbesar kini tidak hanya di Amerika atau Eropa, melainkan juga di wilayah dengan populasi muda dan kebutuhan digital yang meningkat pesat.

7. Persaingan Ketat: Apple, Xiaomi, dan Transsion di Belakang Samsung

Di bawah dominasi Samsung, Apple menempati posisi kedua dengan 56,5 juta unit dan pangsa pasar 18%, didorong kuat oleh penjualan iPhone 17 Series. Meskipun terpaut tipis dari Samsung, Apple tetap menjadi ancaman besar di segmen premium.

Sementara itu, Xiaomi bertahan di posisi ketiga dengan 43,4 juta unit (14%), disusul oleh Transsion — induk dari merek Itel, Infinix, dan Tecno — di posisi keempat dengan 28,6 juta unit (9%). Di tempat kelima ada Vivo dengan 28,5 juta unit (9%), hanya sedikit di bawah Transsion.

Dari data ini, jelas terlihat bahwa pasar smartphone kini terbagi dalam dua medan utama: pertarungan inovasi antara Samsung dan Apple di segmen atas, serta pertarungan harga dan volume antara merek-merek China dan Transsion di segmen bawah.

Namun di antara keduanya, Samsung berhasil menempatkan dirinya di posisi paling strategis — tidak hanya bersaing di kelas atas, tapi juga mengamankan pasar menengah-bawah dengan produk yang solid dan bernilai tinggi.

8. Apa yang Bisa Dipelajari dari Strategi Samsung

Keberhasilan Samsung di Q3 2025 bukan sekadar kemenangan angka penjualan. Lebih jauh, ini adalah pelajaran penting tentang bagaimana memahami arah pasar global yang sedang berubah cepat.

Ada beberapa hal yang bisa dipetik dari strategi mereka:

Pertama, inovasi tanpa arah pasar adalah sia-sia. Samsung tidak sekadar meluncurkan ponsel lipat demi tren, tetapi memastikan bahwa inovasi itu selaras dengan kebutuhan nyata pengguna premium — seperti kamera lebih baik, daya tahan tinggi, dan AI yang membantu aktivitas harian.

Kedua, jangka panjang lebih penting dari sekadar harga murah. Dengan memberikan pembaruan sistem operasi hingga enam tahun di segmen entry-level, Samsung menciptakan kepercayaan jangka panjang yang sulit disaingi.

Ini bukan hanya strategi penjualan, tapi juga bentuk investasi pada loyalitas konsumen.

Ketiga, fleksibilitas adalah kunci bertahan di pasar global. Di tengah pasar yang terpolarisasi dan penuh ketidakpastian, kemampuan beradaptasi dengan dua ekstrem pasar adalah langkah yang sangat brilian.

9. Kesimpulan: Kemenangan yang Dibangun dari Keseimbangan

Singkatnya, laporan Omdia menegaskan bahwa kepemimpinan Samsung di Q3 2025 adalah hasil dari kombinasi strategi yang matang, produk yang relevan, dan pemahaman mendalam terhadap arah pasar.

Dengan menggabungkan inovasi futuristik di segmen premium melalui Galaxy Z Fold 7 dan Flip 7, serta menawarkan nilai tahan lama di segmen entry-level melalui Galaxy A07 dan A17, Samsung berhasil membuktikan bahwa kesuksesan tidak harus datang dari satu arah saja.

Di tengah pasar yang terpolarisasi dan penuh tantangan, Samsung justru menemukan keseimbangannya. Dan untuk saat ini, dunia smartphone kembali harus mengakui: Samsung masih rajanya.

 

 

Leave a Comment